Blog

  • Kapan Manusia Pertama Kali Berpikir tentang Alien?

    Manusia Pertama Kali Berpikir tentang Alien

    Soal ada atau tidaknya  alien di kehidupan lain di alam semesta yang luas ini, masih menjadi perdebatan hingga sekarang. Salah satu hal yang bikin perdebatan makin panjang adalah adanya beberapa penampakan benda terbang tak dikenal atau sering disebut UFO.

    Penampakan tersebut sering disebut sebagai bukti bahwa manusia tidak benar-benar sendirian. Namun sejak kapan sebenarnya manusia berpikir tentang alien?

    Manusia berpikir tentang alien

    Mengutip IFL Science, Senin (6/11/2023) ada referensi awal mengenai peristiwa yang tidak biasa berasal dari tahun 223 hingga 91 SM.

    Catatan berasal dari Yunani dan Romawi itu menggambarkan ‘api langit’, ‘jurang’, dan ‘matahari malam’ di langit. Lalu catatan lain dari tahun 218 SM hingga 65 SM menyebutkan tentang perisai bundar dan ‘tombak menyala’ yang melesat melintasi langit, atau ‘kapal’ di langit. Dalam semua kisah itu tidak ada yang membicarakan peristiwa tersebut dalam istilah alien. Jadi apakah orang di masa lalu sudah mempunyai konsep kehidupan yang mungkin ada di planet lain dan kapan pertama kali muncul?

    Spekulasi pertama tentang apa yang kita sebut “alien” berasal dari filsuf Leucippus dan Democritus. Pada abad kelima SM mereka mengemukakan atomisme, gagasan bahwa alam semesta terdiri dari bagian-bagian kecil yang tak terpisahkan, berputar-putar dan menggumpal membentuk objek dan dunia. Karena Democritus percaya bahwa persediaan atom-atom ini tidak terbatas, ia berspekulasi bahwa jumlah dunia tidak terbatas.

    Lalu murid Epicurus yaitu Metrodorus dari Chios menambahkan gagasan bumi adalah satu-satunya dunia adalah hal yang tidak mungkin. “Rasanya tidak masuk akal bahwa di ladang yang luas hanya satu tangkai yang tumbuh dan bahwa di ruang tanpa batas hanya ada satu dunia,” tulisnya. Penyair Romari bernama Lucretius pun juga mengatakan tidak ada sesuatu pun di alam semesta ini yang unik dan berdiri sendiri. Oleh karena itu di wilayah lain pasti ada bumi lain yang dihuni oleh berbagai suku manusia dan ras binatang.

    Para teolog juga punya gagasan kehidupan lain

    Melansir Slate, namun tidak hanya para sarjana abad pertengahan yang kemudian berspekulasi tentang dunia luar bumi. Para teolog abad pertengahan pun tampaknya juga punya gagasan mengenai kehidupan lain selain di bumi. Gagasan ini ditulis oleh Nicholas dari Cusa dalam bukunya yang di kemudian hari diangkat menjadi kardinal Gereja Katolik dan bertindak sebagai wakil kepausan.

    “Dapat diduga bahwa diduga bahwa di wilayah matahari terdapat makhluk surya, penghuni yang terang dan tercerahkan, dan secara alami lebih banyak lagi spiritual daripada yang menghuni bulan,” tulis Nicolas dalam bukunya. Saat ini, kita tidak hanya berspekulasi tentang kehidupan alien, kita juga mencarinya.

    7 Teori Alasan Manusia Belum Bertemu dengan Alien

    Apakah kita sendirian di alam semesta yang luas ini? Salah satu pertanyaan yang sudah muncul sejak awal sejarah manusia, bahkan pada zaman kuno oleh filsuf Yunani Anaximander pada 610 tahun sebelum masehi.

    Untuk menjawab pertanyaan ini, berbagai ilmuwan dan astronom mengemukakan berbagai teori yang berupaya menjelaskan kenapa hingga saat ini kita belum bertemu dengan makhluk hidup lain selain di bumi. Ini dia 7 teori paling populer

    1. Teori The Rare Earth

    Teori ini mengungkapkan bahwa Bumi ini spesial. Dikemukakan oleh Peter Ward dalam bukunya yang berjudul Rare Earth: Why Complex Life Is Uncommon in the Universe. Hipotesisnya menyebutkan bahwa dibutuhkan berbagai hal yang berjalan dengan sempurna agar planet bisa menghidupi makhluk dengan intelegensi tinggi seperti Manusia. Kecil kemungkinan bahkan hampir tidak ada kehidupan lain di luar bumi

    2. Teori The Gaian Bottleneck

    Teori yang dikemukakan oleh Dr. Aditya Chopra berkata bahwa alasan kita belum bertemu dengan alien adalah bahwa makhluk hidup di planet lain sudah punah sebelum mereka bisa berkembang. Contohnya saja di Planet Mars yang pernah memiliki atmosfer dan air mengalir pada 4 milyar tahun yang lalu tetapi karena satu dan lain hal kehilangan atmosfer mereka.

    3. Teori The Great Filter

    Teori ini mengatakan bahwa ada 5 Bencana yang dialami oleh planet bumi yang membuat makhluk hidup seperti Dinosaurus punah yaitu dihujani asteroid/meteor jatuh, perubahan temperatur planet secara drastis, naiknya tinggi air laut, meletusnya gunung berapi yang sangat besar, radiasi dari luar angkasa seperti solar flare.

    Bumi sangat beruntung bahwa setiap kali mengalami kejadian ini akan ada makhluk hidup baru yang menggantikan makhluk hidup sebelumnya. Tetapi planet lain tidak seberuntung Bumi dan karena itu kita tidak bertemu dengan alien atau makhluk hidup lain.

    4. Teori The Great Silence

    Teori ini mengemukakan bahwa manusia dan bumi tidak cukup maju secara teknologi dibandingkan makhluk hidup lain di alam semesta. Makhluk hidup maju yang sudah dapat menggunakan Energi Matahari maupun Bintang untuk sumber energi mereka menganggap bahwa Manusia adalah makhluk hidup primitif dan belum pantas bergabung dengan mereka di tata surya.

    Teori ini dipakai dalam berbagai setting film maupun game seperti di series game Mass Effect.

    5. Teori The Early Birds

    Kebalikan dari teori sebelumnya, teori ini mengatakan bahwa kita yang terlalu cepat. Usia Bumi ternyata masih terlalu muda dibandingkan alam semesta. 92% planet di alam semesta ternyata belum lahir dan bintang-bintang di alam semesta masih akan berpijar hingga 100 triliun tahun dari sekarang.

    6. Stigma Tentang Makhluk HIdup

    Saat ini manusia terpaku dengan stigma bahwa makhluk hidup adalah makhluk biologis seperti di Bumi. Tetapi bisa saja sebenarnya bahwa makhluk hidup di planet lain tidak menghirup oksigen atau membutuhkan air untuk bertahan hidup. Bahkan lebih ekstrim salah satu astronom Lord Martin Rees berkata bahwa Alien bisa saja bekerja seperti mesin dan bukan makhluk hidup organik.

    7. Teknologi Manusia Belum Cukup Canggih

    Teori yang paling banyak diterima oleh publik adalah bahwa teknologi buatan manusia belum cukup canggih. Saat ini manusia hanya bisa mendeteksi makhluk hidup di luar angkasa sejauh 40 ribu tahun cahaya, masih sangat jauh dari luas tata surya yang diketahui oleh manusia, 46.5 Miliar tahun cahaya. Teori ini memberikan optimisme bahwa ada makhluk hidup lain di luar sana, karena masih ada 99.99992 persen dari alam semesta yang tidak kita jelajahi.

    12 penjelasan unik yang diusulkan ilmuwan untuk paradoks Fermi.  

    1. Kita Mencari di Alam Semesta yang Salah

    Mungkin kita belum menemukan alien karena alam semesta kita sebenarnya tidak terlalu mendukung kehidupan. Ide ini adalah inti dari studi tahun 2024 yang mengasumsikan kosmos kita hanyalah salah satu dari banyak “multiverse,” dengan masing-masing memiliki realitas sedikit berbeda. 

    Para peneliti membandingkan tingkat pembentukan bintang di alam semesta kita dengan alam semesta hipotesis lain yang memiliki konsentrasi materi dan energi berbeda.  Hasilnya? Kepadatan energi gelap yang optimal memungkinkan hingga 27% materi biasa berubah menjadi bintang. Di alam semesta kita, hanya 23% materi yang menjadi bintang, artinya lebih sedikit tempat bagi kehidupan alien untuk muncul. 

    2. Alien Tidak Tinggal di Planet

    Apakah setiap spesies alien membutuhkan planet yang layak huni? Tidak selalu, menurut studi tahun 2024. Dalam makalah yang diterbitkan di *Astrobiology*, para peneliti membayangkan koloni alien yang bisa bertahan tanpa planet, melayang bebas di ruang angkasa.  

     Koloni semacam itu harus mengatasi banyak tantangan: kekurangan sumber daya, radiasi kosmik, dan ruang hampa. Peneliti membayangkan koloni dengan ukuran hingga 100 meter, dikelilingi oleh cangkang transparan yang menjaga suhu dan tekanan tetap layak.  

    3. Alien Bersembunyi di Lautan Bawah Tanah

    Beberapa bulan di tata surya kita memiliki lautan air cair di bawah permukaannya, dan para astronom berpikir ini bisa menjadi habitat yang ideal bagi kehidupan alien. Namun, kehidupan yang terperangkap di dunia seperti ini mungkin tidak pernah mengetahui keberadaan langit, apalagi menjangkau kita.  

    4. Alien Terjebak di “Super-Earth”

    “Super-Earth” adalah planet dengan massa hingga 10 kali lipat Bumi. Planet ini mungkin memiliki kondisi yang mendukung kehidupan, tetapi gravitasi ekstremnya membuat peluncuran roket hampir mustahil.  

    5. Kita Mencari di Tempat yang Salah (Karena Alien adalah Robot)

    Manusia menciptakan radio sekitar tahun 1900, komputer pertama pada 1945, dan sekarang kita berada di era AI. Beberapa futuris, seperti Seth Shostak, percaya  peradaban alien yang maju mungkin sepenuhnya terdiri dari robot super-inteligensi.  

    6. Kita Sudah Menemukan Alien (Tapi Terlalu Sibuk untuk Menyadarinya)

    Ketika diminta mencari tanda kehidupan alien, banyak orang mungkin gagal mengenali sesuatu yang tak terduga. Dalam sebuah eksperimen, hanya 30% peserta yang menyadari adanya “pria dalam kostum gorila” di gambar pencarian alien.  

    7. Manusia Akan Membunuh Semua Alien (Atau Sudah)

    Menurut fisikawan Alexander Berezin, peradaban yang cukup maju untuk menjelajahi antarbintang mungkin secara tidak sengaja menghancurkan kehidupan lain untuk memenuhi kebutuhan ekspansinya. 

    8. Alien Memicu Perubahan Iklim (Dan Punah)

    Sama seperti manusia menghadapi krisis iklim, peradaban alien yang menggunakan sumber daya terlalu cepat mungkin mengalami nasib serupa. Studi tahun 2024 menunjukkan bahkan dengan energi terbarukan, panas sisa dapat memicu perubahan iklim yang tidak terkendali.  

    9. Alien Tidak Berevolusi Cukup Cepat (Dan Mati)

    Planet basah berbatu seperti Bumi mungkin tidak stabil untuk waktu yang cukup lama, sehingga kehidupan tidak sempat berkembang.  

    10. Alien Menggunakan Energi Bersih, Tapi Tetap Memicu Perubahan Iklim (dan Punah)

    Spesies alien yang cukup maju pasti akan memanaskan planet mereka seiring pertumbuhan kebutuhan energi dan masyarakat mereka. Ini dapat memicu perubahan iklim yang tak terkendali.

    Sayangnya, menurut studi teoretis yang diterbitkan di database pracetak arXiv pada September 2024, jawabannya adalah tidak. Studi ini menemukan spesies alien yang tumbuh secara eksponensial dan menggunakan energi terbarukan 100% tetap akan memanaskan planet mereka dengan panas limbah, yang dihasilkan dari pengeluaran energi sesuai hukum kedua termodinamika. 

    Jika ini benar, ras alien yang rakus energi mungkin tidak akan pernah bertahan cukup lama untuk menjelajah jauh ke kosmos atau menetap di planet-planet tetangga. Ini bukan hanya prospek suram bagi alien, tetapi juga peringatan penting bagi Bumi.  

    11. Energi Gelap Memisahkan Kita

    Para ilmuwan berspekulasi dalam beberapa triliun tahun, energi gelap akan meregangkan alam semesta sedemikian rupa sehingga manusia tidak lagi dapat melihat cahaya dari galaksi mana pun selain tetangga kosmik terdekat kita.  

    “Bintang-bintang menjadi tidak hanya tidak dapat diamati tetapi sepenuhnya tidak dapat diakses,” tulis Dan Hooper, seorang astrofisikawan di Fermi National Accelerator Laboratory di Illinois, dalam sebuah studi awal tahun ini. 

    12. Akhir yang Mengejutkan: Kita ADALAH Alien

    Secara sederhana, hipotesis panspermia menyatakan banyak kehidupan yang kita lihat di Bumi saat ini tidak berasal dari sini, tetapi “ditaburkan” di sini jutaan tahun yang lalu oleh meteorit yang membawa bakteri dari dunia lain

  • Teori bumi datar yang membuat orang salah persepsi

    Teori bumi datar yang membuat orang salah persepsi

    Bumi Datar adalah konsepsi kuno dan terbukti secara ilmiah keliru tentang bentuk Bumi sebagai bidang atau cakram. Banyak budaya kuno menganut kosmografi Bumi datar, terutama termasuk kosmologi kuno Timur Dekat. Model ini telah mengalami kebangkitan kembali baru-baru ini sebagai teori konspirasi

    Gagasan tentang Bumi bulat muncul dalam filsafat Yunani kuno dengan Pythagoras (abad ke-6 SM). Namun, sebagian besar filsafat pra-Sokratik (abad ke-6–5 SM) mempertahankan model Bumi datar. Pada awal abad ke-4 SM, Plato menulis tentang Bumi bulat. Sekitar tahun 330 SM, mantan muridnya, Aristoteles, telah memberikan bukti empiris yang kuat untuk Bumi bulat. Pengetahuan tentang bentuk global Bumi secara bertahap mulai menyebar di luar dunia Helenistik.Pada periode awal Gereja Kristen, pandangan bola bumi diterima secara luas, dengan beberapa pengecualian yang terkenal. Sebaliknya, para cendekiawan Tiongkok kuno secara konsisten menggambarkan Bumi sebagai datar, dan persepsi ini tetap tidak berubah hingga mereka bertemu dengan misionaris Jesuit pada abad ke-17. Cendekiawan Muslim tradisionalis berpendapat bahwa bumi itu datar, meskipun sejak abad ke-9, cendekiawan Muslim cenderung percaya pada Bumi bulat

    Ini adalah mitos sejarah bahwa orang Eropa abad pertengahan umumnya menganggap Bumi datar. Mitos ini diciptakan pada abad ke-17 oleh Protestan untuk menentang ajaran Katolik. Baru-baru ini, teori Bumi datar mengalami peningkatan popularitas dengan masyarakat Bumi Datar modern, dan individu-individu yang tidak terafiliasi menggunakan media sosial.Meskipun fakta ilmiah dan efek jelas dari kebulatan Bumi, pseudoscience teori konspirasi Bumi datar tetap ada. Dalam sebuah studi tahun 2018 yang dilaporkan oleh Scientific American, hanya 82% dari responden berusia 18 hingga 24 tahun yang setuju dengan pernyataan “Saya selalu percaya bahwa dunia itu bulat”. Namun, keyakinan yang kuat pada Bumi datar jarang terjadi, dengan kurang dari 2% penerimaan di semua kelompok usia

    Dampak Sosial

    Teori konspirasi bumi datar memiliki beberapa dampak sosial yang penting.

    1. Skeptisisme Terhadap Ilmu Pengetahuan

    Teori ini memperkuat ketidakpercayaan terhadap ilmu pengetahuan dan penelitian ilmiah, yang bisa menyebabkan masyarakat kurang percaya pada temuan ilmiah yang telah teruji.

    2. Penyebaran Media Informasi

    Teori ini menjadi contoh bagaimana informasi yang keliru dapat dengan cepat menyebar di media sosial, mempengaruhi pandangan dan keyakinan banyak orang.

    3. Komunitas dan Identitas

    Bagi sebagian individu, keyakinan pada teori bumi datar memberikan rasa keterikatan dan identitas dalam komunitas tertentu, yang menciptakan jaringan dukungan di antara para penganut yang saling berbagi ide dan argumen.

    4. Resistensi terhadap Pendidikan

    Penganut teori ini sering kali menolak pendidikan formal dan informasi ilmiah, yang dapat berdampak negatif pada perkembangan pengetahuan dan keterampilan generasi muda.

    Teori konspirasi bumi datar adalah contoh menarik dari bagaimana skeptisisme dan penolakan terhadap ilmu pengetahuan dapat berkembang di masyarakat modern.

    Meskipun terbukti secara ilmiah bahwa bumi berbentuk bulat, ide ini tetap hidup dan bahkan mendapatkan pengikut baru.

    Organisasi Bumi Datar

    Flat Earth Society (juga dikenal sebagai International Flat Earth Society atau International Flat Earth Research Society) adalah sebuah organisasi yang memiliki keyakinan bahwa bumi berbentuk datar, dan telah membuktikan kebenaran alam semesta. Organisasi modernnya didirikan oleh seorang pria asal Inggris, Samuel Shenton pada 1956,dan kemudian dipimpin oleh Charles K. Johnson, yang menjadikan rumahnya di Lancaster, California, sebagai basis organisasi. Organisasi ini tidak lagi aktif semenjak kematian Johnson pada 2001, tetapi baru-baru ini organisasi Flat Earth Society dimunculkan kembali oleh presiden barunya, Daniel Shenton

    Asal mula

    Kepercayaan bahwa Bumi berbentuk datar merupakan ciri khas kosmologi kuno sampai sekitar abad keempat SM, ketika para filsuf Yunani kuno mulai berpendapat bahwa Bumi berbentuk bulat.Aristoteles adalah salah satu pemikir pertama yang mengajukan pendapat tentang Bumi bulat pada 330 SM. Menjelang awal Abad Pertengahan, pengetahuan bahwa Bumi itu bulat menyebar luas di seluruh Eropa.

    Hipotesis modern yang mendukung teori Bumi datar dicetuskan oleh seorang penemu asal inggris, Samuel Rowbotham (1816–1884). Berdasarkan penafsirannya mengenai ayat-ayat tertentu di Alkitab, Rowbotham mempublikasikan sebuah pamflet 16 halaman, yang kemudian ia kembangkan menjadi sebuah buku setebal 430 halaman berjudul Earth Not a Globe, yang menguraikan pandangannya. Berdasarkan sistem Rowbotham, yang dia sebut “Astronomi Zetetis”, bumi adalah sebuah cakram datar yang berpusat di Kutub utara dan dikelilingi oleh dinding es Antartika, sementara matahari dan bulan berjarak sekitar 4800 km (3000 mil) dan kosmos berjarak 5000 km (3100 mil) di atas bumi.

    Rowbotham dan pengikutnya, seperti William Carpenter yang meneruskan hasil kerjanya, memperoleh perhatian publik dengan melakukan debat publik melawan para ilmuwan ternama. Salah satu debatnya, melibatkan naturalis terkemuka Alfred Russel Wallace, berkenaan dengan Percobaan Bedford Level (dan kemudian menyebabkan beberapa tuntutan hukum atas penipuan dan pencemaran nama baik). Rowbotham mendirikan Zetetic Society di Inggris dan New York, serta mengedarkan lebih dari seribu eksemplar Zetetic Astronomy.

    Setelah Rowbotham meninggal, Lady Elizabeth Blount, istri Sir Walter de Sodington Blount, mendirikan Universal Zetetic Society, menerbitkan majalah The Earth Not a Globe Review, dan terlibat aktif sampai awal abad dua puluh. Sebuah jurnal Bumi Datar, Earth: a Monthly Magazine of Sense and Science, diterbitkan antara 1901–1904, dan disunting oleh Lady Blount sendiri. Pada 1901, dia mengulangi Percobaan Level Bedford yang dimulai oleh Rowbotham dan memotret efeknya. Hal ini memicu korespondensi di majalah English Mechanic dengan beberapa klaim yang menentang. Di kemudian hari, itu menjadi terkenal karena terlibat penipuan yang melibatkan praktik dental. Setelah Perang Dunia II, organisasi ini secara pelan-pelan mengalami kemunduran.

    Flat Earth Society

    Pada 1956, Samuel Shenton mendirikan International Flat Earth Society sebagai organisasi penerus dari Universal Zetetic Society. Dia menjalankan organisasi ini dari kediamannya di Dover, Britania. Shenton lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan teknologi alternatif sehingga pada organisasi ini, penekanan pada argumen keagamaan jauh berkurang dibanding pada organisasi pendahulunya.Tidak lama setelah pendirian Flat Earth Society, satelit buatan pertama berhasil diluncurkan. Foto-foto yang diambil oleh satelit di luar angkasa kemudian memperlihatkan bahwa bumi adalah bulat. Akan tetapi Flat Earth Society tetap meyakini bahwa bumi itu datar. Shenton mengatakan, “Mudah sekali melihat bahwa foto seperti itu dapat memperdayai mata yang tak terlatih.”

    Samuel Shenton berhasil menarik perhatian publik. Dia masuk New York Times pada Januari dan Juni 1964, ketika julukan “flat-earther” juga tergantung di lantai Dewan Rakyat Britania Raya di kedua arah.

    Organisasi ini juga berpendapat bahwa pendaratan Apollo di bulan adalah palsu, dilakukan oleh Hollywood dan didasarkan pada naskah buatan Arthur C. Clarke. Mendengar hal ini, Clarke mengirim surat lelucon pada kepala administrator NASA yang berisi pernyataan bahwa dia belum dibayar atas karyanya yang digunakan oleh NASA.

    Pada 1969, Shenton berhasil membujuk Ellis Hillman, seorang dosen Politeknik, untuk menjadi presiden Flat Earth Society berikutnya. Namun tidak ada banyak bukti mengenai keterlibatannya dalam Flat Earth Society. Setelah Shenton wafat, Ellis Hillman menambahkan koleksi perpustakaan Shenton ke arsip Science Fiction Foundation, yang ikut ia dirikan.

    Shenton meninggal pada 1971 dan Charles K. Johnson mewarisi sebagian koleksi perpustakaan Shenton dari istri Shenton. Johnson lalu mendirikan dan menjadi presiden International Flat Earth Research Society of America and Covenant People’s Church di California. Di bawah kepemimpinannya, selama lebih dari tiga dekade berikutnya, Flat Earth Society berkembang sampai mencapai sekitar 3000 anggota. Johnson mengedarkan buletin, pamflet, peta, dan berbagai materi promosi lainnya pada siapapun yang meminta. Dia mengelola semua permohonan keanggotaan bersama-sama dengan istrinya, Marjory, yang juga seorang flat-earther. Buletinnya yang paling terkenal adalah Flat Earth News, yang merupakan tabloid triwulanan setebal empat halaman. Johnson membiayai semua ini dari iuran tahunan anggota, yang berkisar dari $6 sampai $10 selama masa kepemimpinannya

    Berikut ini adalah beberapa kepala berita dari buletin Flat Earth News selama tahun 1970-an dan awal 1980-an:

    • “Whole World Deceived… Except the Very Elect” (Desember 1977)
    • “Australia Not Down Under” (Mei 1978)
    • “Sun Is a Light 32 Miles Across” (Desember 1978)
    • “The Earth Has No Motion” (Juni 1979)
    • “Nikita Khrushchev Father of NASA” (Maret 1980)
    • “Galileo Was a Liar” (Desember 1980)
    • “Science Insults Your Intelligence” (September 1980)
    • “World IS Flat, and That’s That” (September 1980)
    • “The Earth Is Not a Ball; Gravity Does Not Exist” (Maret 1981)

    Model bumi terkini yang dibuat oleh Flat Earth Society memperlihatkan bahwa bumi berbentuk cakram, dengan Kutub Utara sebagai pusatnya sedangkan Kutub Selatan merupakan dinding es di pinggiran bumi. Peta tersebut mirip dengan peta pada bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang oleh Johnson digunakan untuk untuk memperkuat pendapatnya. Menurut model ini, matahari dan bulan masing-masing berdiameter 52 km (32 mil).

    Flat Earth Society merekrut anggota dengan cara menentang pemerintah Amerika Serikat dan lembaga-lembaganya, terutama NASA. Sebagian besar literatur organisasi pada masa-masa awalnya lebih berfokus dalam penafsiran Alkitab secara harfiah, meskipun mereka juga berupaya memberikan bukti dan penjelasan ilmiah.

    Perkumpulan ini mencapai 2,000 anggota pada masa puncaknya di bawah kepemimpinan Charles K. Johnson. Organisasi ini harus menghadapi bukti ilmiah yang sangat banyak dan opini publik yang meyakini bahwa Bumi itu bulat. Istilah “flat-earther” kemudian digunakan untuk menyebut seseorang yang secara keras kepala berpegang pada ide-ide yang didiskreditkan atau ketinggalan zaman..

    Flat Earth Society mulai mengalami kemunduran pada tahun 1990-an, dan semakin terpuruk setelah terjadinya insiden kebakaran di kediaman Charles K. Johnson yang memusnahkan seluruh catatan dan data kontak anggota Flat Earth Society. Istri Johnson, yang ikut membantu mengelola database, meninggal tidak lama setelah itu. Charles K. Johnson sendiri meninggal pada 19 Maret 2001.

    Flat Earth Society di Kanada

    The Flat Earth Society of Canada didirikan oleh Leo Ferrari (1927-2010), seorang profesor filsafat di St Thomas University pada 1970, bersama dengan Raymond Fraser dan Alden Nowlan. Organisasi ini aktif sampai sekitar tahun 1984. Tujuan mereka cukup berbeda organisasi Flath Earth Society lainnya. Mereka percaya masalah yang muncul pada zaman teknologi ini adalah kemauan masyarakat untuk menerima teori “pada keyakinan buta dan menolak bukti dari indra mereka sendiri.”

    Mereka menerbitkan buletin berjudul The Official Chronicle dan mempromosikan gagasan mereka melalui televisi dan pers. Tujuan utamanya adalah “untuk memerangi pendewaan yang menyesatkan,” “untuk memulihkan kepercayaan manusia dalam validitas persepsi sendiri,” dan ” ujung tombak untuk melarikan diri manusia dari penjara metafisik dan geometris.”

    Flat Earth Society modern

    Pada November 2010, muncul forum diskusi Flat Earth Society di internet. Sementara forum lainnya yang juga berkaitan, yakni International Alliance of Flat Earth Groups, saat ini tidak lagi aktif. Flat Earth Society juga muncul di Twitter dan Facebook. Pada 2009, Flat Earth Society didirikan ulang dan anggotanya berjumlah 60 orang pada Maret 2010.

    Pendukung Flat Earth Society pada masa kini tidak memiliki satu teori yang disetujui bersama. Tiap anggota memiliki gagasan yang berbeda mengenai bagaimana Bumi diciptakan. Beberapa mendukung gagasan bahwa bumi datar sepenuhnya, sementara yang lain mendukung bentuk cakram.

    Daniel Shenton telah membangkitkan kembali organisasi Flat Earth society. Dalam suatu artikel di The Guardian, Shenton mengatakan bahwa dia memiliki 60 anggota. Laporan tersebut juga menyatakan Shenton memiliki situs web yang di dalamnya terdapat buletin organisasi dari tahun 1970-an dan 80-an.”

    10 Teori Konspirasi Para Penganut Keyakinan ‘Bumi Itu Datar

    1. Gambar-gambar Palsu

    Salah satu mantra paling terkenal di kalangan pendukung Bumi datar adalah, “Saya tidak tahu pasti bahwa Bumi datar, tapi sebelum saya melihat bukti, maka hal itu lebih masuk akal daripada Bumi bulat.”

    Pernyataan itu dapat dimisalkan dengan orang yang selalu berada di dalam rumah dengan jendela yang menghadap ke halaman, tapi kemudian mempertanyakan keberadaan halaman itu hanya karena tidak ada rumput di ruangan dalam rumah.

    Mudah menyaksikan Bumi dari angkasa, termasuk menggunakan begitu banyaknya gambar dan video International Space Station (ISS).

    Atau menyaksikan video selang-waktu (time-lapse) rekaman satelit Jepang bernama Himawari-8. Satelit itu mengambil foto Bumi setiap 10 menit dari ketinggian 35 ribu kilometer.

    Nikmatilah foto ketika Bumi ‘terbit’ yang diambil oleh William Anders dari bulan pada 1968 atau tayangan dari wahana Cassini ketika menoleh sejenak ke Bumi saat ia melintasi Saturnus.

    Tapi, bagi para penggemar Masyarakat Bumi Datar (Flat Earth Society) dan jutaan orang serupa mereka, gambar-gambar itu adalah palsu.

    Bagi mereka, semua video terbitan NASA, ESA, CNSA, Roscosmos dan semua badan antariksa lainnya hanyalah sekedar grafik komputer. Foto Pun dianggap sekedar rekayasa Photoshop.

    Dengan demikian, suatu organisasi yang selama sejak 1946 menciptakan gambar-gambar palsu, dianggap memiliki rencana jahat.

    2. Video ISS Diambil dalam Pesawat Terbang

    Bahkan jika semua gambar angkasa itu palsu, masih ada video-video para awak ISS mengambang di dalam wahana. Tidak masalah. Bagi pada pencinta FES, itu semua juga palsu.

    Tapi pemalsuan itu lebih niat lagi, bukan sekedar grafik komputer (CGI), video-video itu direkam dalam penerbangan dengan lintasan parabolic atau kerap dikenal dengan pesawat terband gravitasi nol (zero-G).

    Tentu saja penerbangan parabolik memang ada dan kadang-kadang dipakai untuk melatih astronot untuk melakukan gerakan-gerakan dalam suasana gravitasi renik (mikro). Pada dasarnya, penerbangan demikian adalah ketika pesawat dijatuhkan secara terkendali sehingga orang-orang di dalamnya “mengambang”.

    Masalahnya, untuk apa NASA membuang waktu lebih dari setengah abad hanya untuk merekam video dalam penerbangan demikian. Tidak terbayangkan betapa banyaknya video yang diperlukan untuk semua itu.

    Jangan khawatir, penjelasan lain oleh para pecinta FES adalah bahwa NASA merekam para astronotnya di bawah samudra atau di depan layar biru dengan para astronot yang terhubung kabel-kabel ke komputer.

    3. Tembok Es Antartika

    Untuk suatu model Bumi datar, dunia ini berbentuk cakram dengan Kutub Utara di tengahnya. Cincin di tepiannya adalah tembok es yang mengelilingi lingkaran ‘cakram’ Bumi. Nah, cincin itulah yang disebut Kutub Selatan (Antartika).

    Jika dimisalkan sebuah pizza, maka Antartika adalah bagian roti tebal di tepiannya. Tembok es itu dimaksudkan agar samudra-samudra Bumi tidak bocor ke sisi lain di antah berantah.

    Ada banyak teori, mulai dari spekulasi ilmiah hingga fanatisme agama. Salah satunya adalah klaim bahwa tembok es Antartika dikelilingi oleh samudra lain. Di luar sana ada “benua terlarang, yaitu Antichtone”.

    Samuel Rowbotham menyerah melakukan tebakan dan dengan enteng mengatakan, “Pemahaman manusia terhalang oleh es abadi tak tertembus, membentang lebih jauh daripada yang dapat dilihat mata atau teleskop dan tersesat dalam bayangan atau kegelapan.”

    Sudah ada banyak penjelajah yang melintasi Antartika, sehingga Kutub Selatan seakan telah menjadi tujuan wisata. Sukar dibayangkan ada orang yang jatuh ke perbatasan es abadi.

    4. Bumi Tak Melengkung

    Tidak heran ada pendapat seperti ini, karena begitulah adanya di planet Bumi yang datar. Tapi, ketika belum ada bukti dari satelit dan stasiun angkasa, jangan heran kalau klaim ini menyebar luas.

    Inilah mungkin yang menjadi permulaan semuanya. Mari lihat alasannya. Jika orang memandang ke garis cakrawala tanpa terputus, kelihatannya seperti suatu garis datar.

    Seandainya Bumi ini bulat, maka harus ada lengkungan di suatu tempat layaknya sebuah bola. Lihatlah bola ping pong dan kelihatan lengkungannya.

    Ternyata, yang penting adalah skala dan posisi. Dari permukaan bulatan yang cukup besar, pemandangan 360-derajat berupa cakram karena garis pandang kita tidak menampilkan apapun di belakang lengkungan di ujung cakrawala.

    Orang tidak bisa melihat langsung untuk menyaksikan cakrawala menukik di sisi-sisinya karena Bumi juga bukan berbentuk tabung (silinder).

    Jika orang memiliki pandangan cakrawala tak terputus di segala arah tanpa ada kerangka acuan sebelumnya, mudah beranggapan bahwa ia sedang berdiri di atas bidang datar yang melingkar.

    Tapi, kita memiliki kerangka acuan. Jadi, bukan lagi suatu misteri kosmos.

    5. Gravitasi Tidak Ada

    Gravitasi adalah kekuatan pada benda-benda dengan massa sehingga saling menarik. Kekuatan itulah yang menjaga orang tetap di tanah, air pasang, dan orbit planet seputar matahari. Itu jugalah yang menjadi bukti bahwa Bumi bulat atau mendekati bulat.

    Karena Bumi yang datar tidak tunduk pada hukum gravitasi, maka para pencinta teori Bumi datar bersikeras bahwa gravitasi tidak ada. Yang ada adalah Akselerasi Semesta (Universal Acceleration, UA).

    Menurut UA, cakram datar Bumi melakukan akselerasi ke atas secara konstan, seperti suatu roket besar. Dampaknya sama, sehingga orang yang melompat akan jatuh lagi. Tapi, bukan Bumi yang menarik orang itu, melainkan Bumi itulah yang naik

    Jadi, apa penyebabnya? Suatu teori mengatakan bahwa akselerasi (percepatan) itu disebabkan oleh selimut energi gelap yang muncul di bawah Bumi.

    Lagi-lagi, tidak ada orang yang mengetahui bagaimana cara kerjanya atau mengapa benda-benda yang terbang–burung, misalnya–tidak jatuh. Seakan Bumi tidak bergerak ke atas ke arah burung yang terbang itu.

    6. Matahari Tidak Sejauh Jutaan Kilometer

    Menurut para pencinta teori Bumi Datar, matahari hanya berjarak sekitar 4800 kilometer dengan garis tengah hanya sekitar 51 kilometer. Matahari dianggap seperti bola lampu raksasa yang mengitari dan menerangi permukaan datar seperti sebuah mercusuar.

    Seperti disebut sebelumnya, model Bumi datar mengandaikan Kutub Utara sebagai pusat cakram dengan dikelilingi tembok es raksasa di tepinya.

    Mirip sebuah senter bergerak pelan menurut arah jarum jam di atas lembaran kertas, maka seperti itulah matahari. Lingkaran cahaya itu tidak menyentuh seluruh lempengan itu sekaligus, sehingga itulah yang membedakan siang dan malam.

    Tapi, bagaimana dengan pergantian musim dan matahari tengah malam di kutub-kutub bumi? Anggaplah matahari memang mengelilingi Bumi seperti itu, mungkin sedikit oleng sehingga terciptalah musim-musim. Mungkin bergerak mendekat ke Kutub Utara di musim panas dan menjauh di musim dingin.

    Tapi bagaimana dengan musim panas di belahan selatan bumi ketika matahari bersinar 24 jam di Kutub Selatan? Seandainya Antartika memang sebuah cincin sekeliling Bumi, maka tidak mungkin ada satu segmen yang terus menerus menerima cahaya kecuali kalau seluruh Bumi itu juga terkena cahaya.

    7. Langit Adalah Kubah Kaca

    Untuk yang satu ini, tidak semua pencinta Bumi Datar mempercayainya. Menurut yang percaya, langit dan semua yang ada di dalamnya adalah palsu. Kita sekedar melihat kubah yang menyembunyikan angkasa yang sesungguhnya.

    Tak ada yang mengetahui ada apa di atas sana karena kubah itu menghalangi kita, mungkin ada alien.

    Asal mula teori kubah mengacu kepada ayat yang menyebutkan Tuhan memasang “lengkung langit” di atas Bumi. Berbagai teori tentang apa yang ada di balik kubah itu bermacam-macam, ada yang menduga samudra raksasa atau kehampaan yang luas.

    Banyak orang mengatakan bahwa matahari dan atmosfer berada di dalam kubah itu, bahkan kubah dianggap sebagai pemegang kedudukan atmosfer, bukan gravitasi.

    Hampir semua pencinta teori ini sepakat bahwa apapun yang di luar sana bukanlah angkasa luar yang kita kenal. Bahkan ada teori lain yang menyebutkan bahwa hologram diproyeksikan ke permukaan kubah itu sehingga menampilkan pemandangan angkasa yang kita lihat tiap malam.

    Lalu, siapa yang menempatkan hologram itu di sana? Bagaimana caranya dan untuk apa? Jawabannya pun disederhanakan pada dua hal: paranoia dan alien.

    Teori yang lebih meluas adalah bukan langit itu yang merupakan hologram, tapi bulan lah yang merupakan hologram. Cukup banyak video diunggah tentang bulan yang “tergelincir” atau “meleleh”.

    Tapi, penjelasannya tidak berkaitan dengan dampak atmosfer, kerusakan kamera, distorsi video, ataupun penjelasan lain yang masuk akal.

    8. Benda Bayangan Penyebab Gerhana Bulan

    Beberapa orang menyebutnya Benda Bayangan (Shadow Object) atau ada yang menyebutnya Nega Moon. Tak ada yang mengetahui apa itu, tapi dianggap menyebabkan gerhana bulan.

    Secara tradisional, gerhana bulan terjadi ketika matahari, Bumi, dan bulan berada segaris. Bumi ada di tengah-tengah sehingga bayangannya mengenai permukaan bulan.

    Tapi, jika matahari hanya berjarak beberapa kilometer dan Bumi datar, maka hal itu tidak bisa terjadi. Karena itu, diciptakanlah suatu benda yang disebut Shadow Object tadi–suatu benda misterius yang selalu berada di langit.

    Secara periodik, Benda Bayangan itu melintas di depan bulan dan menyebabkan gerhana. Kadang-kadang benda itu disebutkan sebagai versi lain dari bulan yang biasanya tersamar karena silaunya cahaya matahari.

    Beberapa pendapat lain mengatakan bahwa benda itu sebagai “kekelaman” tempat bulan keluar dan masuk. Lagi-lagi, bulan dipandang sebagai hologram.

    9. Roket Tak Bisa Mencapai Angkasa

    Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi roket telah meningkat pesat. Pada Desember 2015, SpaceX berhasil mendaratkan tahap pertama roket Falcon 9 setelah membawa suatu muatan satelit ke orbit.

    Pada Januari 2016, Blue Origin menuntaskan pendaratan kedua dengan roket mereka sendiri, New Shephard.

    Bagi para pecinta Bumi Datar, pencapaian roket-roket itu mustahil. Bagi mereka, roket subortbit seperti Falcon dan Shephard maupun roket orbit penuh seperti roket pemasok ISS, semuanya dianggap tidak meluncur secara vertikal, melainkan mengikuti lintasan yang dikenal sebagai tikungan gravitasi.

    Ketika meninggalkan landasan peluncuran, roketnya bergerak lurus ke atas. Tapi, gravitasi melawan daya dorong roket itu. Sehingga, agar roket bisa naik, ia akan melenceng sedikit agar gravitasi menarik roket mendekati posisi mendatar sambil mendekati garis Karman.

    Garis Karman adalah titik di mana atmosfer Bumi secara teknis berubah menjadi angkasa, sekitar 100 kilometer di atas sana. Teknik ini berguna menghemat bahan bakar, karena roket menggunakan bagian besar bahan bakarnya untuk akselerasi ke kecepatan orbit saat sebelum sampai di garis Karman.

    Tapi, jika orang mengamati ini dari permukaan Bumi, roket itu seakan melintas melengkung sepanjang dasar langit-langit kaca. Menurut pencinta teori Bumi Datar, lengkungan lintasan itu merupakan bukti bahwa roket tidak dapat menembus hingga ke luar angkasa.

    10. NASA Didirikan oleh Nazi

    Menurut pandangan FES, NASA adalah sekumpulan orang-orang jahat, lengkap dengan kisah Freemasons, Illuminati, manusia kadal, dan kekuatan-kekuatan setan. Yang lebih jahat lagi adalah orang-orang yang mengendalikan NASA, diduga kaum Nazi.

    Mari kembali ke tahun 1940-an. Perang Dunia II sedang pada puncaknya dan seorang insinyur muda bernama Wernher von Braun membangun roket untuk kepentingan Nazi, termasuk V-2 yang membawa bencana ke London pada 1944.

    Setelah menyerah kepada Sekutu pada 1945, von Braun dipekerjakan di Angkatan Darat Amerika Serikat dan menjadi tokoh penting program angkasa AS, termasuk penciptaan roket Saturn V yang meluncurkan Apollo.

    Sejak saat itu, NASA menyebutnya “ilmuwan roket terhebat sepanjang sejarah.”

    Sejak saat itu, bermunculanlah kemajuan-kemajuan teknolgoi dalam sejarah dan kesempatan untuk memasuki dunia-dunia baru.

    Tapi, bagi para pencinta teori Bumi Datar, NASA tidak lebih daripada “sekumpulan pembohong profesional, ilmuwan palsu, Freemason, dan Mormon.” Bahkan, nama “Apollo” pun dianggap sekedar nama lain untuk setan

  • Teori konspirasi pendaratan Bulan

    Teori konspirasi pendaratan Bulan

    Teori konspirasi pendaratan Bulan atau sering disebut teori hoax bulan terbaik merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah mendarat di bulan. NASA dengan cerdik membuat foto dan rekaman pendaratan di bulan di sebuah studio di Nevada.

    Asal mula

    Pada tahun 1974, seseorang bernama Bill Kaysing menerbitkan sebuah buku berjudul We Never Went to the Moon: America’s Thirty Billion Dollar Swindle. Isinya menyatakan bahwa Amerika telah memalsukan pendaratan di bulan. Hasil investigasinya didasarkan pada kejanggalan yang ada pada rekaman dan foto-foto yang dirilis oleh NASA.

    Sejak itu, teori konspirasi pendaratan bulan lahir. Beberapa buku ditulis setelah buku Kaysing, mengusulkan ide yang sama. Setelah itu buku-buku atau situs yang membela pendaratan di bulan juga bermunculan. Namun, pembelaan itu tidak pernah dibahas sebanyak teori konspirasinya. Sebagai renungan mengapa dengan perkembangan teknologi yang semakin maju tidak ada misi lanjutan ke bulan atau misi ke luar angkasa lainnya.

    Radiasi sabuk Van Allen

    Konon untuk mencapai bulan, para astronot harus melintasi sabuk radiasi Van Allen yang hampir tidak mungkin dilakukan. Sabuk itu terdiri dari partikel dan radiasi kosmik yang tertangkap oleh medan magnetik bumi.

    Menurut para pendukung teori konspirasi, tidak akan mungkin melintasi sabuk radiasi itu. Namun data menunjukkan lain. NASA telah memperhitungkan semuanya sebelum menerbangkan manusia ke bulan. Mereka menginvestasikan waktu dan uang yang tidak sedikit untuk meneliti risiko ini. Akhirnya mereka menyimpulkan bahwa radiasi itu hanya membawa risiko minimal. Butuh waktu sekitar satu jam bagi Apollo untuk melewati sabuk radiasi itu. Total dosis radiasi yang diterima para astronaut akibat radiasi itu ternyata hanya 1 rem. Seseorang dapat mengalami sakit apabila mendapat dosis 100-200 rem dan kematian pada dosis di atas 300 rem.

    Lagipula sabuk itu terbentang di 40 derajat Latitude dan 20 derajat di atas dan dibawah equator magnetik. Sedangkan Wahana yang membawa Apollo hanya bergerak pada posisi 30 derajat. Jadi para astronaut hanya terekspos dengan radiasi minimal.

    Bintang-bintang di angkasa

    Pada foto-foto pendaratan di bulan, tidak terlihat adanya bintang-bintang di langit yang menunjukkan bahwa foto tersebut palsu.

    Ini dikarenakan para astronot tidak ke bulan untuk mengambil foto bintang-bintang. Karena itu kamera disetel dengan eksposur yang pendek untuk menghindari gambar-gambar yang over ekspose. Permukaan bulan yang terang juga mengharuskan kamera disetel seperti itu. Dengan setelan seperti itu, bintang-bintang tidak akan dapat tertangkap kamera dan permukaan bulan akan tertangkap dengan jelas.

    Bayangan yang mengarah ke arah yang berbeda-beda

    Pada beberapa foto pendaratan di bulan menunjukkan arah bayangan yang tidak seragam. Ini menunjukkan adanya lebih dari satu sumber pencahayaan seperti di sebuah studio. Sebab, matahari adalah satu-satunya sumber cahaya di bulan. Seperti beberapa foto yang menunjukkan bayangan batu dan wahana Lunar Lander mengarah ke arah yang berbeda.

    Hal ini dikarenakan bahwa permukaan bulan ditutupi oleh kawah, batu-batuan dan gundukan-gundukan, bukan permukaan yang rata. Karena itu cahaya yang menyentuh permukaan yang tidak rata itu akan terlihat membelok ke segala arah, tergantung kondisi permukaannya. Jika permukaannya naik, maka bayangan akan terlihat lebih pendek, jika permukaannya menurun, maka bayangannya akan memanjang. Jika kita memotretnya dari arah atas, tegak lurus, maka bayangannya akan terlihat mengarah ke arah yang sama. Namun karena foto diambil bukan dari atas, maka bayangannya akan terlihat menuju ke arah yang berbeda-beda.

    Jikalau NASA memalsukannya dengan membuat rekaman di studio yang memiliki lebih dari satu sumber cahaya (lampu studio), maka bayangan satu objek akan muncul lebih dari satu.

    Jejak kaki Edwin Aldrin

    Edwin Aldrin meninggalkan jejak kaki yang begitu sempurna seakan-akan permukaan bulan memiliki debu tanah yang bercampur air. Apabila permukaan bulan kering, bagaimana mungkin jejak itu terbentuk begitu sempurna, apalagi gravitasi bulan hanya 1/6 bumi. Bahkan manusia seberat 200 kg pun tidak akan dapat meninggalkan jejak seperti itu.

    Debu bulan terdiri dari partikel-partikel yang terbentuk dari tabrakan-tabrakan dengan asteroid dan mikro meteorit. Setiap partikel membentuk debu yang memiliki permukaan kasar dan bergerigi. Ini menyebabkan jejak kaki dapat terbentuk dengan baik tanpa air. Lagi pula, sebagian besar permukaan bulan terdiri dari silika, materi unik yang dapat lengket satu sama lain dan membentuk rantai molekul panjang. Di bumi, jejak seperti itu tidak dapat tercipta karena ada proses oksidasi, di mana oksigen akan segera mengisi serpihan rantai molekuler, tetapi di bulan, tidak ada oksigen sehingga jejak kaki yang sempurna dapat tercipta.

    Mengenai berat dan gravitasi, memang berat di bulan akan menjadi 1/6 berat di bumi. Tapi kita tahu bahwa massa selalu sama di mana pun di seluruh jagad (Rumus Newton, weight = mass x gravity). Inilah yang menyebabkan Aldrin dapat membuat jejak seperti itu.

    Bendera yang berkibar

    Fakta menunjukkan bahwa tidak ada angin di bulan. Namun pada sebuah foto, benderanya dapat berkibar.

    Sebetulnya itu adalah cara NASA agar dapat terlihat sebuah bendera berkibar dari sebuah foto. Mereka menginginkan sebuah foto yang heroik dengan bendera Amerika yang terlihat dengan jelas, jadi mereka memasang sebuah pipa horizontal kecil di atas tiang. Hal ini menyebabkan tiang bendera tersebut berbentuk huruf L terbalik. Bendera itu tertahan oleh pipa horizontal dan kerutan pada bendera menciptakan efek berkibar.

    Kawah yang diakibatkan oleh Wahana NASA

    Lunar Lander dapat mengeluarkan tenaga hingga 10.000 pound pada saat pendaratan dan keberangkatan. Namun, tidak ada kawah yang tercipta di bulan. Padahal tenaga sebesar itu akan cukup untuk membuat sebuah lubang, seperti helikopter yang mendarat di padang pasir.

    Hal ini terjadi karena aktivitas Lunar Lander kebanyakan terjadi sebelum pendaratan di bulan. Ribuan kaki di atas permukaan bulan, Lunar Lander mengurangi kekuatan semburannya hingga hanya tinggal 3.000 pon. Kekuatannya dikurangkan lagi ketika tinggal beberapa kaki di atas permukaan bulan. Jadi kawah tidak mungkin terbentuk di permukaan bulan. Lagi pula permukaan bulan bukan hanya terdiri dari debu saja, melainkan materi-materi keras yang disebut Lunar Regolith. Jadi tentu saja tidak akan ada kawah yang terbentuk.

    Latar Belakang yang sama

    Terdapat dua video klip yang menunjukkan dua bukit sama persis. Padahal NASA mengatakan bahwa dua klip itu diambil di dua lokasi yang berbeda.

    Namun itu adalah sebuah kesalahan yang dilakukan oleh pemercaya teori konspirasi. Mereka mengambil klip tersebut dari film dokumenter yang ditayangkan di TV. Film dokumenter tersebut ternyata menggunakan klip yang salah. Kesalahan ini ditayangkan di TV dan klipnya diambil oleh para pemercaya teori konspirasi.

    Batu dengan huruf “C” di atasnya

    Foto dari misi Apollo 16 menunjukkan sebuah batu dengan huruf “C” di atasnya yang menyimbolkan tanda properti studio.

    Pertanyaan ini telah diselidiki dan dijawab oleh sebuah web yang menginvestigasi anomali bulan. Huruf C itu adalah akibat sehelai rambut yang tersangkut di kertas ketika foto itu diproses. Foto sama yang diproses berikutnya tidak menunjukkan huruf itu. Para pemercaya teori konspirasi mengambil foto ini dan menjadikannya senjata untuk menyerang NASA.

    Crosshair yang menghilang di foto

    Pada beberapa foto, terlihat “crosshair” menghilang di belakang objek. Seakan-akan NASA memanipulasi foto tersebut.

    Beberapa foto yang menunjukkan crosshair menghilang di belakang benda dapat dijawab dengan mudah. Jawabannya adalah resolusi kamera. Pencahayaan yang intens dengan resolusi kamera yang rendah menyebabkan crosshair menghilang ketika menyentuh benda terang. Ini adalah gejala umum dalam teknik fotografi. Foto NASA yang diproses dengan resolusi tinggi, tentu saja crosshair-nya tidak menghilang.

    Objek yang seharusnya terlihat gelap

    Pada beberapa foto, seperti seorang astronot yang turun dari Lunar Lander, harusnya astronaut itu tidak terlihat sama sekali karena tertutup oleh Lunar Lander, namun foto tersebut malah menunjukkan detail yang luar biasa jelas.

    Ini dikarenakan permukaan bulan memantulkan cahaya dan cahaya ini memberikan penerangan tambahan terhadap objek. Diperkirakan permukaan bulan merefleksi cahaya sebesar 340 lumens per kaki persegi. Ini ekuivalen dengan lampu pijar seterang 35 watt. Cahaya ini akan merefleksi kepada hasil pemotretan.

    Penjelasan lebih lanjut

    Terdapat argumen-argumen lain yang mendukung kebenaran pendaratan di bulan. Misalnya, NASA tidak hanya sekali mengirimkan manusia ke bulan. NASA mengirim Apollo 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 menuju bulan. Apollo 13 gagal mendarat namun berhasil pulang dengan selamat. Apabila NASA memalsukan pendaratan Apollo 11, mengapa mereka harus mengirim misi lagi hingga Apollo 17. Padahal setelah Apollo 11, ketertarikan manusia terhadap bulan sudah berkurang jauh. Banyak orang yang percaya teori hoax bulan mengatakan mengapa setelah Neil Armstrong tidak ada lagi pendaratan ke bulan. Ini adalah pernyataan yang menyesatkan. Sesungguhnya Total astronot yang mendarat dan berjalan kaki di bulan ada 12 astronaut (2 astronaut untuk masing-masing Apollo). Setelah 1972 tidak ada lagi misi ke bulan karena Amerika mengalami beberapa kali resesi yang menyebabkan anggaran NASA dipotong oleh pemerintah Amerika.

    Selain itu, para astronaut membawa sampel batu bulan seberat 382 kilogram dengan lebih dari 2.000 sampel yang terpisah. Sampel-sampel itu saat ini diteliti oleh para ilmuwan di seluruh dunia. Adalah mustahil NASA mampu membuat batu bulan tiruan mengingat batu bulan memiliki karakteristik unik di mana ia terbentuk di lingkungan tanpa oksigen. Hingga saat ini, hanya ada 25 sampel meteorit bulan yang dimiliki (di luar 382 kg sampel yang dibawa pulang astronaut). Dan batu tersebut telah dibandingkan dan ternyata memiliki karakteristik yang sama.

    Pada saat peluncuran misi Apollo 11, ada sekitar 3.500 wartawan dari seluruh dunia di Kennedy Space Center yang mengikuti proses peluncuran hingga pendaratan di bulan hingga kembali ke Bumi. Selain itu, lebih dari 400.000 karyawan bekerja pada proyek Apollo 11 hampir 10 tahun.

    5 Bukti yang Mematahkan Konspirasi Pendaratan di Bulan Itu Palsu

    Tuduhan NASA memalsukan pendaratan di bulan, masih menjadi konspirasi bagi sebagian orang. Mereka menganggap misi Apollo 11 pada tahun 1969 tidak pernah terjadi.

    Dilansir dari laman The University of Manchester, menurut para ahli teori konspirasi, NASA melakukan pendaratan di bulan itu di sebuah studio film. Pasalnya, ada tanda-tanda dalam rekaman dan foto yang menunjukkan hal ini.

     

    Pendaratan di Bulan Itu Nyata atau Bohong?

    Pendaratan Apollo 11 pada tanggal 20 Juli 1969, membuat astronot Amerika Serikat, Neil Armstrong dan Buzz Aldrin, berhasil melangkahkan kaki pertama kali di bulan.

    Setelah itu, mereka dan awak ketiga Michael Collins bisa kembali ke Bumi, mendarat di Samudera Pasifik dengan selamat.

    Namun, beberapa tahun kemudian muncul teori konspirasi bahwa pendaratan di bulan itu palsu. Teori tersebut menyebut misi Apollo 11 dibuat oleh pemerintah AS untuk memenangkan perlombaan luar angkasa dengan Soviet.

    Teori konspirasi mengenai pendaratan di Bulan ini, tentu menjadi masalah dalam pencapaian NASA.

    Mereka yang mempercayai klaim ini tanpa bukti, tentu mengabaikan pengalaman para ahli dan data. Bahkan, sebagian dari mereka ada yang terpaksa percaya karena pengaruh politik atau urusan tertentu.

    Sejumlah ilmuwan menyebut bahwa misi pendaratan di bulan itu nyata. Menurut Direktur Penemuan Pusat Antariksa Nasional, Professor Anu Ojha, kita hanya mendapati diri kita dibanjiri lautan informasi online tentang konspirasi tersebut.

    “Ada lebih banyak data yang dihasilkan dalam dua tahun terakhir dibandingkan sepanjang sejarah manusia. Lautan informasi ini semakin bergejolak setiap harinya. Satu-satunya alat yang kita miliki untuk melewati konspirasi ini adalah keterampilan berpikir kritis, yang kita coba kembangkan pada manusia sebagai ilmuwan,” kata Profesor Anu Ojha, dalam pidatonya pada tahun 2019 dikutip dari laman Royal Museums Greenwich.

    Bukti NASA Pernah ke Bulan

    Dilansir dari situs IFL Science, berikut adalah sejumlah bukti yang mematahkan konspirasi pemalsuan pendaratan di bulan oleh NASA:

    1. Banyak Orang yang Dipekerjakan untuk Misi Apollo

    Misi Apollo adalah salah satu upaya terbesar dan pencapaian paling mengagumkan dalam sejarah manusia. Diperkirakan ada 400.000 orang yang dipekerjakan pada dalam proyek tersebut.

    “Sekitar 400.000 ilmuwan, insinyur, teknolog, masinis, ahli listrik, bekerja pada program Apollo. Kalau sebenarnya motivasi utama percaya pendaratan ke bulan hoax itu adalah tidak percaya pemerintah, tidak percaya pemimpin kita, tidak percaya otoritas, bagaimana perasaan 400.000 orang tutup mulut? Selama 50 tahun? Itu tidak masuk akal,” kata Rick Fienberg, petugas pers American Astronomical Society, yang memegang gelar PhD di bidang astronomi, dikutip dari laman History.

    Tidak semua orang perlu tahu apakah misi ke bulan itu tidak nyata. Mengapa? Mereka yang merancang atau membuat pakaian antariksa, mungkin saja berpikir hasil pemikirannya itu akan digunakan oleh pihak lain.

    Organisasi sekelas NASA sudah mendapat kepercayaan dari hampir orang di dunia. Kalau pendaratan di Bulan itu sebuah kepalsuan, tapi orang-orang tidak bisa menutup mata dari kesuksesan misi Apollo.

    Meski begitu, puluhan ribu orang juga harus mengetahui rahasia ini. Mulai dari astronot sendiri, sampai ke pembuat film. Misalnya, film The Dish.

    Film yang menceritakan pendaratan Neil Armstrong di Bulan bukan perkara urusan antara dua orang saja, tapi melibatkan banyak orang. Sehingga, sudah banyak orang yang mengetahui bagaimana rahasia tentang kebenaran Bulan yang sebenarnya.

    1. Benda-benda yang Tertinggal

    Tiga misi Apollo meninggalkan cermin di permukaan bulan, yang selanjutnya dipantulkan laser untuk mengukur jarak Bumi dan Bulan.

    Pengukuran tersebut dengan presisi yang luar biasa. Nah, sisa dari misi ini dipotret oleh robot pengorbit bulan NASA. Di sana, terlihat beberapa benda yang tertinggal di lokasi pendaratan.

    Hal ini diperkuat dalam penyelidikan SELENE Jepang di tahun 2008, yang mengamati kawah ledakan yang ditinggalkan oleh Apollo 11.

    1. Banyak Pihak yang Memantau Proyek Besar Ini

    Misi ke bulan bukan hanya tentang ekspedisi ilmiah, melainkan ada kepentingan suatu negara. Dalam hal misi luar angkasa, Amerika Serikat dan Uni Soviet bersaing sengit.

    Setiap penerbangan luar angkasa Amerika Serikat pasti akan dipantau Uni Soviet. Jika mereka punya bukti sekecil apa pun kalau Apollo 11 palsu, maka tidak masuk akal kalau mereka akan merahasiakannya.

    Teleskop radio mereka melacak setiap misi, dan ada banyak kesempatan untuk menangkapnya jika sinyalnya datang dari lokasi lain selain Bulan.

    1. Batuan dari Bulan

    Pada misi Apollo, astronot berhasil membawa sebanyak 380 kilogram batu dan debu dari permukaan Bulan. Keberadaan batuan tersebut telah dijadikan proyek penelitian oleh banyak ahli geologi dan hasilnya bisa dipublikasikan.

    Hasil penelitian mengungkapkan bahwa, secara konsisten batuan itu terbentuk di lingkungan tanpa udara dan sebagian besar tanpa air, dan tidak seperti batuan apa pun di Bumi.

    Menurut para ahli geologi, batuan tersebut bahkan sudah miliaran tahun secara langsung terpapar angin Matahari. Dalam hal ini, tidak mungkin ada orang yang bisa meramalkan komposisi yang dibutuhkan dalam memalsukan batu di Bulan (sebelum pendaratan).

    1. Biaya dan Risiko Melakukan Pemalsuan Misi ke Bulan

    Keberhasilan pendaratan di Bulan tentu menjadi dorongan besar bagi kebanggaan nasional AS. Misi ke bulan ini juga tentu memakan biaya yang fantastis.

    Dilansir CNN Indonesia, dalam sekali misi luar angkasa, NASA bisa mengeluarkan biaya mencapai US$30 miliar atau Rp 485 triliun (kurs Rp16.192) .

    Namun, NASA dan seluruh pemerintah AS tahu bahwa ada risiko kegagalan. Bahkan, Presiden Nixon pun juga telah menyiapkan pidatonya, seandainya Neil Armstrong dan Buzz Aldrin tidak selamat dan meninggal di Bulan.

    Sehingga, sulit dikatakan kalau misi ke Bulan hanya permainan belaka. Kalau memang palsu, maka akan menimbulkan kerugian banyak pihak.

    Walaupun klaim ini salah dan mudah dibantah, tapi konspirasi mengenai pendaratan di bulan tersebut masih masih ada sampai hari ini